Bagi sebagian orang, kelebihan berat badan adalah masalah yang sangat serius. Sebab, hal ini bisa mempengaruhi gaya hidup dan dalam berpenampilan sehari-hari. Memiliki berat badan dan bentuk tubuh yang ideal adalah dambaan setiap orang. Terlebih kaum hawa, mereka lebih sensitif jika mendengar berat badan. Itu sebabnya, lebih banyak wanita daripada pria yang lebih mementingkan berat badan.
Dari mulai makanan, gaya hidup, jenis minuman pun tidak boleh sembarangan. Hal ini demi menjaga bentuk tubuh dan berat badan yang ideal tersebut. Makanan dan minuman yang sehat serta ditunjang dengan pola hidup yang sehat, tentu akan menjadi penentu kepemilikan berat badan dan bentuk tubuh yang diidamkan oleh para wanita.
Bagi mereka yang sedang dalam proses diet atau menurunkan berat badan, tentu saja mereka menginginkan yang instan dan cepat. Namun, kerap kali menuai jalan yang salah hingga akhirnya berakibat fatal pada kesehantannya. Menjawab hal tersebut, belum lama ini, ilmuwan dari Jepang menemukan cara instan menurunkan berat badan, yaitu dengan minum air rebusan ubi!
Protein sisa buangan dalam rebusan ubi itu berhasil menekan nafsu makan pada tikus. Para ahli dari Jepang itu percaya penemuan mereka ini dapat diterapkan pada manusia.
Para periset Jepang itu memberi makan dua kelompok tikus dengan pola makan kaya lemak. Satu kelompok diberi peptida ubi dengan kadar lebih tinggi. Peptida ini dihasilkan oleh protein pencernaan enzim dalam air selama proses perebusan.
Setelah 28 hari hewan-hewan itu ditimbang. Massa lever dan jaringan lemak mereka pun diukur. Kadar Kolesterol dan trigliserida serta leptin pun dihitung.
Para ahli dari National Agriculture and Food Research Organization, Tsukuba juga mengukur adiponektin yang mengukur sindrom metabolik. Peneliti menemukan, tikus yang diberi peptida ubi secara bermakna berat badannya lebih rendah. Ditemukan pula tikus memiliki kadar Kolesterol, trigliserida, leptin dan adiponektin lebih rendah.
Pemimpin penelitian, Dr Koji Ishiguro mengatakan,"Kita setiap saat membuang banyak air sisa rebusan ubi yang mengandung protein. Hipotesa kami, protein ini dapat memengaruhi berat badan, jaringan lemak dan faktor-faktor lain."
"Menemukan penggunaan alternatif protein ubi dalam bekas air rebusan bermanfaat baik bagi lingkungan dan industri serta berpotensi bagus untuk kesehatan," tambahnya.
Ia menyimpulkan,"Kami terkejut bahwa peptida ubi bisa mengurangi kadar molekul lemak pada tikus. Tampaknya zat itu terlibat dalam pengontrolan molekul penekan nafsu makan."
"Hasil penelitian ini sangat menjanjikan,, karena memberikan pilihan menggunakan sisa limbah daripada membuangnya. Kami berharap peptida ubi ini berguna bagi bahan pangan fungsional di masa depan," tambahnya.
Belum diketahui berapa banyak tikus-tikus itu diberi peptida ubi selama penelitian 28 hari. Namun penemuan ini dipercaya dapat diterapkan pada manusia berhubung tikus dan manusia secara biologis sama. Tetapi peneliti menegaskan dibutuhkan riset lebih jauh untuk menelusuri lebih jauh hasil penelitian ini.
Dari mulai makanan, gaya hidup, jenis minuman pun tidak boleh sembarangan. Hal ini demi menjaga bentuk tubuh dan berat badan yang ideal tersebut. Makanan dan minuman yang sehat serta ditunjang dengan pola hidup yang sehat, tentu akan menjadi penentu kepemilikan berat badan dan bentuk tubuh yang diidamkan oleh para wanita.
Bagi mereka yang sedang dalam proses diet atau menurunkan berat badan, tentu saja mereka menginginkan yang instan dan cepat. Namun, kerap kali menuai jalan yang salah hingga akhirnya berakibat fatal pada kesehantannya. Menjawab hal tersebut, belum lama ini, ilmuwan dari Jepang menemukan cara instan menurunkan berat badan, yaitu dengan minum air rebusan ubi!
Protein sisa buangan dalam rebusan ubi itu berhasil menekan nafsu makan pada tikus. Para ahli dari Jepang itu percaya penemuan mereka ini dapat diterapkan pada manusia.
Para periset Jepang itu memberi makan dua kelompok tikus dengan pola makan kaya lemak. Satu kelompok diberi peptida ubi dengan kadar lebih tinggi. Peptida ini dihasilkan oleh protein pencernaan enzim dalam air selama proses perebusan.
Setelah 28 hari hewan-hewan itu ditimbang. Massa lever dan jaringan lemak mereka pun diukur. Kadar Kolesterol dan trigliserida serta leptin pun dihitung.
Para ahli dari National Agriculture and Food Research Organization, Tsukuba juga mengukur adiponektin yang mengukur sindrom metabolik. Peneliti menemukan, tikus yang diberi peptida ubi secara bermakna berat badannya lebih rendah. Ditemukan pula tikus memiliki kadar Kolesterol, trigliserida, leptin dan adiponektin lebih rendah.
Pemimpin penelitian, Dr Koji Ishiguro mengatakan,"Kita setiap saat membuang banyak air sisa rebusan ubi yang mengandung protein. Hipotesa kami, protein ini dapat memengaruhi berat badan, jaringan lemak dan faktor-faktor lain."
"Menemukan penggunaan alternatif protein ubi dalam bekas air rebusan bermanfaat baik bagi lingkungan dan industri serta berpotensi bagus untuk kesehatan," tambahnya.
Ia menyimpulkan,"Kami terkejut bahwa peptida ubi bisa mengurangi kadar molekul lemak pada tikus. Tampaknya zat itu terlibat dalam pengontrolan molekul penekan nafsu makan."
"Hasil penelitian ini sangat menjanjikan,, karena memberikan pilihan menggunakan sisa limbah daripada membuangnya. Kami berharap peptida ubi ini berguna bagi bahan pangan fungsional di masa depan," tambahnya.
Belum diketahui berapa banyak tikus-tikus itu diberi peptida ubi selama penelitian 28 hari. Namun penemuan ini dipercaya dapat diterapkan pada manusia berhubung tikus dan manusia secara biologis sama. Tetapi peneliti menegaskan dibutuhkan riset lebih jauh untuk menelusuri lebih jauh hasil penelitian ini.
0 Comments
Posting Komentar